


Kata siapa stres hanya menyerang pikiran atau psikis saja? Faktanya, stres juga bisa memengaruhi kesehatan fisik. Sebut saja menurunkan sistem kekebalan tubuh, memicu sakit kepala, masalah pencernaan, hingga memengaruhi berat badan seseorang.
Menyoal berat badan ini, stres dapat berdampak langsung pada berat badan. Entah itu menyebabkan penurunan atau penambahan berat badan, dapat berbeda-beda dari orang ke orang. Lantas, apa alasannya stres bisa memengaruhi berat badan?
Stres bisa memengaruhi berat badan seseorang lewat berbagai cara. Pada beberapa kasus, stres menyebabkan kacaunya jadwal makan seseorang. Misalnya, seseorang yang dilanda stres biasanya cenderung melewatkan waktu makan dan pilihan makanan yang buruk.
Bagi sebagian orang, stres membuat mereka kehilangan selera untuk makan. Sering kali, perubahan ini hanya bersifat sementara. Berat badan mungkin kembali normal setelah pemicu stres berlalu.
Stres membuat perilaku seseorang berbeda dari biasanya. Selain kacaunya pola dan jadwal makan, stres bisa memicu perilaku tak menyehatkan lainnya. Contohnya, bekerja dan melewatkan jadwal makan, atau begadang untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Nah, hal ini yang memperburuk reaksi internal tubuh terhadap stres.
Saat stres melanda, tubuh mempersiapkan diri dengan melepaskan hormon seperti adrenalin dan kortisol. Adrenalin dilepaskan tubuh ketika kamu melakukan aktivitas berat, tetapi hormon ini juga dapat meminimalkan keinginan seseorang untuk makan.
Sementara itu, kortisol memberikan sinyal pada tubuh untuk sementara waktu menekan fungsi-fungsi yang tidak penting selama krisis. Fungsi yang dimaksud termasuk respons sistem pencernaan, kekebalan, dan reproduksi.
Hal yang perlu ditegaskan, stres tidak hanya menyebabkan penurunan berat badan saja. Pada beberapa kasus justru sebaliknya, stres dapat memicu kenaikan berat badan.
Pernah mendengar stress eating atau emotional eating? Seseorang yang mengalami kondisi ini akan makan secara berlebihan saat dalam kondisi emosional, tanpa disertai rasa lapar.
Pada kondisi ini, mereka akan makan secara emosional untuk melupakan masalah atau kesedihan yang sedang dihadapi. Nah, bila dibiarkan terus-menerus, dampak stress eating ini memicu kenaikan berat badan atau obesitas.
Menurut sebuah studi, stress eating ini lebih umum dialami wanita ketimbang pria. Pasalnya, terdapat perbedaan gender dalam perilaku mengatasi stres. Wanita lebih cenderung beralih ke makanan saat dilanda stres, sedangkan pria ke konsumsi alkohol atau merokok. Studi terhadap 5.000 pria dan wanita di Finlandia mengatakan, obesitas dikaitkan dengan pola makan terkait stres pada wanita, tetapi tidak pada pria.
Menurut para ahli, stres memicu kecanduan dan meningkatkan risiko penyakit. Stres kronis juga dapat mengubah pola makan dan memengaruhi pilihan makanan. Meski beberapa orang makan lebih sedikit saat sedang stres, tapi ada pula yang cenderung makan berlebihan dan mengasup makanan berkalori tinggi.
Saat stres terjadi, kelenjar adrenal melepaskan hormon yang disebut kortisol. Hormon stres ini juga meningkatkan nafsu makan dan memotivasi seseorang untuk makan, terutama makanan tinggi lemak, gula, atau keduanya. Nah, hal ini yang memicu kenaikan berat badan.
Sumber:
1. Kacang-kacangan
Mengutip WebMD, kacang almond dan kacang kecipir termasuk sumber kalsium yang baik untuk tulang.
Almond menyediakan sekitar 6 persen kebutuhan kalsium harian dalam porsi 28 gram (g), sedangkan kacang kecipir bisa memberikan hingga 244 mg kalsium dalam setiap porsi 172 g.
2. Susu kedelai
Susu kedelai yang difortifikasi kalsium merupakan alternatif tepat bagi yang tidak mengonsumsi susu sapi.
Kandungan kalsiumnya hampir setara dengan susu sapi, sehingga membantu memenuhi asupan harian.
3. Keju
Keju, terutama parmesan kaya akan kalsium. Satu porsi 28 g parmesan menyediakan sekitar 242 mg kalsium, setara dengan 19 persen kebutuhan harian.
Selain itu, keju juga mengandung protein yang mendukung kesehatan tulang dan otot.
4. Kuning telur
Satu kuning telur dapat memenuhi sekitar 10 persen kebutuhan vitamin D harian.
Telur dari ayam yang diberi pakan khusus bahkan bisa mencukupi hingga 20 persen kebutuhan harian.
5. Yogurt
Yogurt tinggi kalsium dan vitamin D, menyehatkan tulang sekaligus pencernaan. Produk susu fermentasi ini efektif mencegah osteoporosis.
6. Bayam
Bagi yang tidak mengonsumsi produk susu, bayam bisa menjadi alternatif sumber kalsium. Satu cangkir bayam matang mengandung sekitar 25 persen kebutuhan kalsium harian.
7. Ubi
Ubi kaya akan kalsium. Setidaknya ada sekitar 68 mg kalsium dalam sebuah ubi besar, bersamaan dengan potasium, vitamin A, dan vitamin C.
Rendah lemak dan kalori, ubi menjadi pilihan sehat untuk mendukung kesehatan tulang.
8. Jamur
Jamur menghasilkan vitamin D secara alami dengan bantuan sinar matahari.
Jamur liar umumnya mengandung lebih banyak vitamin D dibanding jamur budidaya. Jamur membantu memperkuat tulang sekaligus mendukung sistem imun.
9. Ikan sarden
Sarden kaleng (sekitar 3,8 ons) mengandung 17 IU vitamin D, yang penting untuk penyerapan kalsium.
Ikan lain seperti halibut dan makarel juga kaya vitamin D untuk menjaga tulang tetap kuat.
10. Salmon
Selain kaya omega-3, salmon juga menjadi sumber vitamin D yang baik.
Menukil NDTV, mengonsumsi salmon secara rutin tidak hanya menjaga tulang, tetapi juga kesehatan jantung dan membantu mencegah osteoporosis.
Menjaga tulang tetap sehat seiring bertambahnya usia bukan hanya soal mencegah pengeroposan, tetapi juga menjaga kualitas hidup agar tetap aktif dan bugar.
Konsumsi rutin makanan kaya kalsium dan vitamin D, ditambah olahraga teratur, adalah kunci utama tulang agar tetap kuat di usia lanjut.

Makanan untuk tulang kuat
Sekuat apa pun tulang, mereka tetap perlu didukung dengan asupan yang tepat. Pun semakin bertambah usia, tulang terancam kehilangan kepadatan dan rentan mengalami osteoporosis.
Oleh karenanya, para ahli merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan dengan nutrisi pendukung tulang seperti, kalsium, vitamin D, K, C, magnesium, dan asam lemak omega 3. Apa saja?
1. Produk susu
Produk susu (dairy product) jadi opsi pertama saat bicara soal makanan untuk mencegah osteoporosis. Susu kaya akan kalsium dan vitamin D yang menguatkan tulang.
Produk susu yang bisa dimasukkan dalam menu harian antara lain, keju cottage, yogurt, keju, dan susu cair.
2. Sayuran hijau
Apa kalsium hanya bisa diperoleh dari susu? Tentu saja tidak. Sayuran hijau pun bisa jadi andalan untuk memperoleh asupan kalsium yang penting buat tulang.
Sayuran hijau ini misalnya, bok choy, sawi, kale, bayam, dan daun lobak. Selain kalsium, sayuran hijau juga mengandung vitamin K yang baik buat tulang.
3. Kentang
Kentang termasuk makanan untuk tulang kuat. Tulang memerlukan magnesium dan kalium untuk tetap sehat dan kuat dan Anda bisa mendapatkan keduanya dari kentang.
Melansir dari WebMD, kekurangan magnesium membuat tubuh mengalami masalah dengan keseimbangan vitamin D.
Kemudian kalium mampu menetralkan asam lambung yang dapat melarutkan kalsium dari tulang.
4. Grapefruit
Tak sekadar memberikan nuansa manis-asam dalam bersantap, jeruk bali merah alias grapefruit juga mampu mencegah osteoporosis.
Jeruk bali merah mengandung vitamin C yang terbukti membantu mencegah pengeroposan tulang. Satu buah berukuran sedang dapat memberikan asupan sekitar 88 mg vitamin C.
5. Ikan berlemak
Vitamin D banyak ditemukan pada ikan berlemak. Studi menunjukkan ikan dapat membantu menguatkan tulang dan mencegah pengeroposan.
Zumpano menyarankan untuk fokus pada ikan air dingin seperti, salmon, mackerel, sarden, tuna, dan trout.
6. Tahu
Siapa bilang tahu hanya memberikan asupan protein? Tahu, salah satu makanan untuk tulang kuat, juga mengandung kalsium.
Selain tahu, produk kedelai lain juga layak rutin dikonsumsi untuk mencegah osteoporosis seperti, susu kedelai, tempe, dan natto.
7. Selai kacang almond
Roti isi bukan sarapan yang buruk asal Anda menggunakan roti biji-bijian utuh dan selai almond. Kenapa selai almond?
Selai almond termasuk makanan untuk tulang kuat. Dalam dua sendok selai almond mengandung 111 mg kalsium. Selain itu, selai almond juga mengandung 240 mg kalium yang penting buat tulang.
Sumber:
1. Jalan Interval, Pola Cepat-Lambat yang Lebih Efektif
Jalan interval mengombinasikan fase berjalan cepat selama 1-3 menit dengan fase pemulihan yang lebih lambat sekitar 2 menit. Total durasi latihan umumnya 20-30 menit.
Pola ini membuat sistem kardiovaskular bekerja lebih keras dan memicu afterburn effect, yaitu kondisi ketika tubuh terus membakar kalori lebih banyak bahkan setelah latihan selesai.
2. Berjalan Menanjak, Latihan Ringan dengan Beban Maksimal
Berjalan kaki dengan menambah kemiringan, baik di perbukitan maupun treadmill, secara otomatis meningkatkan resistensi. Pembakaran kalori dapat meningkat hingga sekitar 30 persen dibandingkan berjalan di permukaan datar.
Latihan menanjak juga lebih mengaktifkan otot glutes, paha belakang, dan betis, sehingga membantu mengencangkan area yang sering menjadi titik lemak membandel.
3. Jalan Nordik, Melibatkan Hampir Seluruh Otot Tubuh
Jalan Nordik menggunakan tongkat khusus sehingga tubuh bagian atas ikut bekerja pada setiap langkah. Teknik ini melibatkan hingga 90 persen otot dan menjadi latihan seluruh tubuh.
Pada kelompok lansia, jalan Nordik terbukti membantu meningkatkan kebugaran kardiorespirasi, kekuatan otot, hingga fleksibilitas. Aktivitas tubuh bagian atas juga membuat latihan ini lebih intens dibandingkan jalan biasa.
4. Ayunan Lengan Kuat untuk Menambah Tenaga dan Pembakaran Kalori
Mengayunkan lengan secara kuat dari bahu dengan posisi siku sekitar 90 derajat dapat meningkatkan panjang langkah, mempercepat ritme, dan menaikkan detak jantung.
Teknik ini menambah komponen latihan tubuh bagian atas sekaligus membantu membakar lebih banyak kalori. Ayunan lengan yang aktif juga menjaga postur tubuh tetap tegak dan stabil.
5. Jalan Berbobot, Tantangan untuk Hasil Lebih Maksimal
Menambahkan beban saat jalan kaki, seperti menggunakan rompi dengan pemberat, dumbbell ringan, atau beban di pergelangan tangan, dapat meningkatkan intensitas tanpa mengubah rute. Metode ini membantu memperkuat kaki, bokong, dan lengan sekaligus meningkatkan kebugaran kardio.
6. Jalan Cepat untuk Dasar Pembakaran Lemak
Jalan cepat berarti melangkah lebih cepat dibandingkan jalan santai, sekitar 100 langkah per menit. Pada intensitas ini, seseorang masih bisa berbicara, namun tidak mampu bernyanyi.
Kecepatan tersebut membantu meningkatkan detak jantung ke zona intensitas sedang, sehingga tubuh lebih banyak menggunakan lemak sebagai sumber energi. Melakukan jalan cepat selama 30-45 menit hampir setiap hari terbukti dapat membantu menurunkan berat badan, mengurangi indeks massa tubuh, serta mengecilkan lingkar pinggang.
Tips Memaksimalkan Manfaat Jalan Kaki
Dikutip dari Times of India, ada beberapa tips yang dapat dilakukan agar manfaat dari jalan kaki terasa lebih maksimal.
-Usahakan berjalan 30-45 menit hampir setiap hari, karena konsistensi adalah kunci
Variasikan teknik untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan efektivitas
-Gunakan perangkat pemantau detak jantung, agar tetap berada di zona aman pembakaran lemak.
-Pakailah sepatu yang nyaman dan pemanasan ringan untuk mencegah cedera.
Sumber:
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/