Mungkin anda senang menulis buku, dan sangat ingin menjadi penulis buku, namun seringkali minder karena merasa tidak berbakat. Benarkah bakat sangat penting agar seseorang bisa menulis buku?
Banyak saya membaca tulisan tentang hubungan antara bakat dengan keberhasilan seseorang menjadi penulis buku, ternyata sebagian besar mengatakan bahwa bakat hanya menyumbang sedikit saja dari keberhasilan seseorang menjadi penulis buku. Hal itu nampaknya saya alami sendiri, sebenarnya saya dari kecil juga tidak berbakat menulis, banyak kesulitan saya alami ketika menulis buku, namun demikian banyak penulis buku yang saya kagumi dan saya ingin setidaknya bisa menerbitkan satu buku seumur hidup saya
Jalan cerita hidup saya membawa saya untum belajar menulis, pertemuan saya dengan redaksi sebuah penerbit juga mengingatkan saya akan keinginan saya menerbitkan buku, karena itu saya mulai belajar dengan penuh disiplin dan sabar. Berbagai kesulitan saya lalui, dan itu saya usahakan pemecahannya tanpa pernah putus asa, hingga terbitlah buku saya yang pertama dan terbit buku buku selanjutnya hingga hampir 50 judul ( Saya lupa jumlah pastinya tapi sudah lebih dari 45 judul buku)
Kenapa sering seseorang gagal menulis buku padahal sudah kursus sana sini? Jangan dulu mengatakan anda tidak bisa menulis karena tidak berbakat, beberapa hal yang mungkin terjadi adalah:

1.Hanya ikut kursus gratis: Tentu saja dalam kursus gratis hanya sekedar pembuka, untuk tahu isinya lebih dalam anda perlu ikut kursus berbayar
2. Salah memilih tempat kursus, sebelum anda kursus lihat track record tempat kursus tersebut, siapa ownernya, siapa pengajarnya, bagaimana prestasinya. Sebaiknya mereka sudah biasa menerbitkan buku di penerbit mayor dan bisa membantu menyalurkan naskah ke penerbit mayor. Untuk tempat kursus menulis buku yang baru berdiri mungkin beberapa hari atau beberapa bulan anda harus lebih berhati hati memilih, sebaiknya anda sudah mengenal baik pengajar atau ownernya karena kalau tidak berarti sekedar untung untungan, kalau beruntung anda berhasil, kalau tidak anda bisa mendapatkan kursus di tempat abal abal, intinya kenali dulu tempat kursus yang akan anda ikuti baik itu lama maupun baru.
3. Kurang sabar: sudah benar ikut kursus di tempat yang baik, namun kurang sabar, ingin cepat selesai dalam waktu singkat, karena itu memilih jadwal yang sangat padat misal sehari 8 jam. Kalau di Permata Ilmu Jogjakarta memang boleh, tapi saya tidak menyarankan, saya menyarankan kursus menulis itu 1 minggu maksimal 4 jam, itu saja di bagi menjadi beberapa kali pertemuan
4. Kurang disiplin. Ada yang ingin bisa menulis, namun tidak benar benar menyempatkan waktu, sudah menyusun jadwal sendiri, ada acara yang sebenarnya bisa ditinggalkan namun malah ijin tidak kursus hanya untuk menghadiri acara yang tidak terlalu penting
5 . Cepat putus asa. Menghadapi kesulitan sedikit sudah putus asa, merasa tidak berbakat dan tidak mau melanjutkan bahkan merasa dirinya tidak pandai.