TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex)

infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex) merujuk kepada sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan.

Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif dokter akan menyarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium.

Berikut adalah jenis-jenis infeksi TORCH :

1. Toksoplasmosis Infeksi ini ditularkan oleh parasit (protozoan parasite Toxoplasma gondii). Infeksi ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada manusia. Menurut dr.Yuditia Purwosunu Sp.OG(K), parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. “Sumbernya terutama adalah daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan,” katanya.

Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski prosentasenya kecil.

Keguguran atau abortus bisa disebabkan banyak hal. Para ibu hamil biasanya dibayangi kecemasan akan risiko keguguran karena infeksi toksoplasma. Padahal, penelitian tak menemukan adanya kasus infeksi pada kasus keguguran.

Berdasarkan saat terjadinya, keguguran dapat diklasifikasikan menjadi keguguran preembrionik (terjadi di bawah usia kehamilan 6 minggu), keguguran embrionik (di usia kehamilan 6-8 minggu), keguguran janin (terjadi di usia kehamilan 8-12 minggu) dan keguguran janin lanjut (terjadi di usia kehamilan 12-24 minggu).

Menurut dr.Kanadi Sumpapraja, Sp.OG, MSc, dari Klinik Yasmin RSCM, Jakarta, wanita yang mengalami keguguran seharusnya melaporkan pada dokter jenis atau kategori kegugurannya.

“Pasien bisa menginformasikan keguguran di minggu berapa, bagaimana kondisi plasenta, dan sebagainya. Informasi ini akan menuntun dokter untuk melakukan investigasi penyebab kegugurannya,” paparnya.

Keguguran preembionik dan embrionik banyak dihubungkan dengan kejadian kelainan kromosom, kelainan hormonal, gangguan endometrium dan faktor imunologi. Sementara keguguran janin awal dan lanjut banyak dikaitkan dengan kelainan sindrom antifosfolipid dan trombofilia (sindrom darah kental).

Pada dasarnya, ada tiga investigasi dasar dalam kasus keguguran, yakni adanya kelainan kromosom, kelainan anatomi, dan kelainan pembekuan darah.

“Kasus infeksi, seperti toksoplasma, justru tidak ditemukan pada kasus keguguran berulang sehingga tidak direkomendasikan untuk diinvestigasi,” katanya.

Ditambahkan Kanadi, penelitian yang dilakukan oleh organisasi obstetri dan ginekologi di dunia juga tidak menemukan hubungan langsung infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus) dengan keguguran.

Diperkirakan 7-25 persen penderita keguguran berulang diakibatkan oleh adanya bentukan pembekuan darah yang menyumbat aliran darah ke plasenta. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan injeksi heparin untuk mencegah bekuan darah.

2. Infeksi rubela Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan sering diderita anak-anak. Rubela yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90 persennya menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan keguguran.

“Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak Jerman,” kata Dr.Liliane G.Keros, ahli immunologi dari Paris. Untuk mencegahnya, kaum wanita disarankan untuk melakukan vaksinasi rubela. “Perlindungannya mencapai 100 persen,” imbuhnya.

3. Cytomegalovirus (CMV) CMV merupakan keluarga virus herpes. Virus ini ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada janin. Sayangnya belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus ini.

4. Herpes simplex Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa. HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak. Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa kondom.

Sumber: kompas.com

avatar Tidak diketahui

About permatailmugroup

permata ilmu group adalah Lembaga yang bergerak dalam bidang penerbitan, agen penyalur naskah dan kursus kepenulisan. Kami ingin memberikan informasi yang bermanfaat dan segala hal tentang kami di blog ini. Selamat menikmati
Pos ini dipublikasikan di kesehatan dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar