Aktivitas Gunung Merapi hingga saat ini masih belum juga stabil. Namun dibandingkan beberapa waktu lalu, perilaku Merapi jauh lebih kalem.
Meski begitu, Merapi masih tetap berstatus awas. Dengan kata lain, gunung ini masih mungkin kembali menunjukkan keganasannya.
Pemerintah berharap, pengungsi jangan kembali dulu ke wilayah asal mereka sebelum gunung ini benar-benar dinyatakan sudah stabil. Pemerintah tidak ingin lagi ada jatuh korban akibat semburan awan panas Merapi.
“Kami imbau agar tetap berada di tempat pengungsian,” ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta, Subandriyo saat dihubungi detikcom, Jumat (12/11/2010).
Subandriyo melanjutkan, selama status Merapi belum diturunkan, seluruh rekomendasi yang sudah dikeluarkan pemerintah masih berlaku. Warga harus mematuhi untuk tidak masuk ke jarak berbahaya.
“Masih 20 Km radius aman, belum ada yang berubah,” lanjut Subandriyo.
Berdasarkan data seismograf dari BPPTK Yogyakarta, dari petang kemarin tadi hingga pukul 23.10 WIB, Kamis (11/11) tercatat terjadi gempa vulkanik sebanyak lima kali. Selain itu tremor beruntun juga masih terjadi. Sedangkan awan panas sempat muncul satu kali pada pukul 18.52 WIB dengan ketinggian 200 meter dan mengarah ke kali Gendol.
Kepala Badan Geologi R Sukhyar mengatakan, saat ini Gunung Merapi sedang memasuki masa istirahat namun belum dapat dipastikan apakah fase erupsi gunung tersebut telah berakhir.
“Sekarang justru harus tetap diwaspadai, apakah masa istirahat ini dimanfaatkan oleh Gunung Merapi untuk keluar dari sistem yang telah terbentuk dan nanti erupsi lagi atau tidak,” kata Sukhyar, Jumat (12/11/2010).
Menurut dia, kewaspadaan tersebut perlu tetap dipertahankan karena kejadian serupa juga terjadi pascaletusan 26 Oktober 2010.
Pasca letusan 26 Oktober, Gunung Merapi juga mengalami masa istirahat, namun kemudian terjadi erupsi eksplosif yang sangat besar selama periode 3-8 November dengan puncak letusan pada 5 November 2010.
Sukhyar mengatakan, masa istirahat tersebut harus dilihat dari jarak antar puncak letusan Gunung Merapi yaitu pada 26 Oktober hingga 5 November yang berjarak sekitar 10 hari.
“Secara teori, dalam masa istirahat ini Gunung Merapi akan membentuk gelembung-gelembung gas yang memungkinkan adanya letusan eksplosif,” katanya.
Sukhyar memperkirakan, letusan besar yang dimulai sejak 3 November ditandai dengan keluarnya awan panas selama lebih dari dua jam secara berturut-turut dan kemudian dilanjutkan dengan letusan tanpa henti hingga 8 November merupakan satu paket letusan besar.
“Yang paling diharapkan adalah, Gunung Merapi tidak meletus lagi karena sekarang tingkat eksplosifitasnya sudah rendah,” katanya.
Berdasarkan jumlah material yang telah dimuntahkan Gunung Merapi sejak letusan 26 Oktober, dapat diketahui indeks letusan gunung tersebut atau volcanic eksplosivity indeks (VEI) adalah empat.
“VEI dengan jumlah material yang dimuntahkan antara 100 juta meter kubik hingga 1 miliar meter kubik adalah empat,” katanya.
Sementara itu, pada Jumat sekitar pukul 12.54 WIB, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas dengan jarak luncur tiga hingga empat kilometer ke arah selatan.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan, dengan semakin tidak adanya halangan di puncak gunung akibat erupsi yang terus-menerus, jarak luncur awan panas skala kecil bisa mencapai tiga kilometer.
“Biasanya, dalam waktu dua menit, jarak luncur awan panas adalah satu kilometer, namun sekarang jarak luncurnya bisa mencapai tiga kilometer,” katanya.
PVMBG tetap memberlakukan radius aman 20 kilometer (km) karena sebaran awan panas tidak hanya ke selatan, tetapi juga ke berbagai arah seperti ke barat dan barat daya.
Sementara itu, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan hingga pukul 12.00 WIB, gempa tremor masih terjadi secara beruntun, 10 kali guguran dan dua kali gempa tektonik.
sumber: detik.com, kompas.com