MERAPI MELETUS EKSPLOSIF

Gunung Merapi yang merupakan gunung paling berbahaya di Indonesia telah meletuskan isi perutnya pada Selasa 26 Oktober pukul 17.02 WIB.

Berikut kronologi letusan Merapi versi pemantau langsung sebagaimana siaran pers Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) pada detikcom, Rabu (27/10/2010):

Ada 4 seismograf untuk mengamati akvitas vulkanik Merapi, yang diletakkan di Klatakan/Babadan/Magelang (sisi barat); Pusunglondon/Selo/Boyolali (utara); Deles/Klaten (timur/tenggara); dan Plawangan/Turgo/Kaliurang (selatan).

*Menjelang Pukul 16.00 WIB*
Aktivitas vulkanik masih cenderung naik, pasca naiknya status menjadi “Awas” sejak sehari sebelumnya. Secara visual melalui kamera yang diletakkan di pos pengamatan lereng Merapi tidak bisa diamati langsung karena tertutup kabut tebal sejak beberapa jam sebelumnya (foto pojok kiri bawah). Bahkan pos-pos yang berada di lereng Merapi pun melaporkan bahwa mereka tidak bisa memantau secara visual. Komunikasi melalui jaringan radio HT.

*Pukul 16.00 – 17.00 WIB*
Ada peningkatan aktivitas cukup signifikan meliputi gempa vulkanik, multiphase (MP), guguran, dsb. Tapi masih dianggap belum ‘cukup’ berbahaya. Tak ada gambaran visual sama sekali. Semua hanya tergantung pada alat-alat. Sempat ada wawancara oleh sejumlah media nasional pada petugas terkait kemungkinan/skenario letusan yang akan terjadi.

*Pukul 17.00 – 17.30 WIB*
Terjadi lonjakan aktivitas vulkanik yang sangat tajam, terutama mulai pukul 17.02 WIB, yang ternyata adalah luncuran awan panas. Empat seismograf tadi semuanya mencatat amplitudo getaran yang sangat lebar (besar), bahkan jarumnya pun terlepas berulang kali. Petugas monitoring mulai sibuk dan panik luar biasa, apalagi karena besarnya amplitudo dan lamanya kejadian. Pos-pos pengamatan di lereng pun juga melaporkan demikian, hanya saja sama sekali tidak diketahui, apa itu awan panas / yg lain. Semua tertutup kabut tebal. Tak ada yang bisa menduga ada apa di balik kabut tebal itu.

*17.30 WIB – 18.30 WIB*
Kabut masih sangat tebal dan mulai gelap. Semakin sulit untuk mengetahui apa yang terjadi di Merapi. Empat seismograf masih saja mencatat getaran yang sangat besar (dan lagi-lagi beberapa kali jarumnya sampai lepas, dan gulungan2 kertasnya diganti cepat sekali – padahal normalnya 12 jam sekali). Petugas menyatakan ada 3 kali letusan & luncuran awan panas dan kemungkinan eksplosif menyebar ke segala arah. Petugas pusat memperintahkan pada semua petugas pos di lereng merapi untuk langsung meninggalkan pos, turun untuk evakuasi. Petugas juga menghubungi aparat-aparat di beberapa tempat, agar dilakukan evakuasi paksa untuk warga. Sirene di berbagai tempat dibunyikan. Jaringan radio HT mulai sangat crowded, begitu pula jaringan telepon di pos. Beberapa petugas terlihat sangat panik (menangis?), sembari terus berdoa dan bertakbir.

*Pukul 18.30 – 19.00 WIB*
Petugas pusat mengeluarkan pernyataan/informasi resmi pada media, tentang terjadinya letusan ini, serta fokus sekarang adalah pada proses evakuasi. Aktivitas vulkanik yang terdeteksi di seismograf mulai menurun, kecuali 1 seismograf di Plawangan/Turgo/Kalikuning. Petugas mengkhawatirkan daerah sekitar Kinahrejo (tempat mbah Maridjan), Kaliadem, dan sekitar lereng selatan Merapi.

*19.00 WIB – …
Petugas di pos-pos pengamatan lereng Merapi naik kembali ke pos mereka (tapi beberapa masih dilarang untuk kembali untuk beberapa saat). Hujan kerikil dan abu mulai dilaporkan oleh pos-pos pemantauan, terutama di daerah barat daya Merapi. Bau belerang juga bisa dicium dari sekitar lereng. Aktivitas Merapi dipantau dari seismograf, terus cenderung turun, bahkan stabil normal tenang, walau beberapa kali kadang terjadi guguran material. Secara visual Merapi masih tertutup kabut, sehingga tidak ada bisa yang bisa melihat ‘seberapa besar letusan, kemana arah awan panas, dsb’. Kondisi petugas mulai tenang, bahkan beberapa kali terlihat bercanda. Wartawan dan media masih terus standby di pusat pemantauan, dan beberapa menyusul naik ke Kaliurang.

Petugas BPPTK menyatakan Merapi sekarang ini sedang dalam kondisi tidur nyenyak setelah aktivitas tadi. Belum diketahui, apakah akan ada aktivitas vulkanik susulan lagi. Mereka sempat khawatir, jika yang terjadi tadi hanyalah/baru awal saja. Sebagaimana pola-pola erupsi Merapi yang sebelumnya, yang biasanya kecil dulu, lalu sedang, besar, berkurang, kembali ke normal lagi, dst. Titik api / aliran lahar juga belum bisa dikonfirmasi. Apa yang terjadi tadi lebih besar daripada yang terjadi tahun 2006.

Lokasi yang terkena letusan / awan panas petang tadi, kemungkinan besar daerah-daerah sekitar lereng Merapi, dalam radius 4-6 km, terutama lereng selatan.

Abu/debu vulkanik dilaporkan bahkan sampai Gombong – Kebumen. Evakuasi masih terus dilakukan.

Jumlah korban tewas akibat awan panas (wedhus gembel) Gunung Merapi, sedikitnya 19 orang, kemarin lebih besar dibandingkan peristiwa letusan Merapi 2006 lalu. Sebab letusan 2010 lebih besar daripada 2006 yang menewaskan 2 orang.

“Dulu 2006 letusan Merapi masih tergolong normal. Sedangkan 2010 kemarin letusan Merapi berjenis eksplosif,” kata kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Subandriyo, saat berbincang dengan detikcom, Rabu (27/10/2010).

Indikasi letusan eksplosif, dia melanjutkan, sudah terlihat dengan fenomena gelombang awan panas yang mengarah ke dusun sekitar Merapi. Ditambah lagi dengan dentuman yang beberapa kali terdengar saat erupsi terjadi.

“Jalur ke Kali Kuning itu yang paling rawan meski selama ini di situ relatif aman,” tutur Subandriyo.

Dia menampik jika korban tewas tersebut dikarenakan tidak ada peringatan dari pihak berwenang kepada masyarakat. “2-3 hari sebelum letusan sudah disosialisasikan ke warga dan meminta mengungsi, karena sudah diperkirakan berbahaya dengan status awas,” sanggahnya.

Menurut Subandriyo, kondisi Merapi saat ini relatif aman dibandingkan dengan hari kemarin. Proses evakuasi masih dilakukan tim SAR di Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman. Desa ini merupakan kampung Mbah Mardjan. Di desa ini sekitar 16 jenazah ditemukan hingga semalam, belum termasuk Mbah Maridjan yang ditemukan tadi pagi.

Meskipun berjarak sekitar 795 kilometer dari Yogyakarta, abu Gunung Merapi ternyata mampu mencapai Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat. Gerimis abu Merapi sempat melanda Pangandaran tengah malam tadi.

“Abu tidak begitu kelihatan. Bentuknya seperti gerimis, turun tengah malam, sekitar 1 jam,” ujar salah satu pembaca detikcom, Taopik, melalui fasilitas Info Anda, Rabu (27/10/2010).

Akibat abu tersebut, genteng dan pohon-pohon menjadi kotor. “Saat itu tebalnya kira-kira 1 cm,” terangnya.

Namun demikian, hal ini tak berlangsung lama. Hujan kemudian turun dan abu menjadi tipis.

“Kalau sekarang bentuknya abu kecil seperti debu. Belum terlalu mengotori pernapasan. Pandangan mata tidak terganggu,” ucapnya.

Kali ini merupakan pertama kalinya abu Merapi sampai ke Pangandaran. Saat Merapi meletus tahun 2006 lalu, abunya tidak mencapai daerah yang terletak di Jawa Barat ini.`

“Tahun 2006 tidak sampai ke sini, baru kali ini,” tandasnya.

Abu Merapi juga berhembus ke Gombong (Kebumen) dan Cilacap.

Sumber: detik.com

avatar Tidak diketahui

About permatailmugroup

permata ilmu group adalah Lembaga yang bergerak dalam bidang penerbitan, agen penyalur naskah dan kursus kepenulisan. Kami ingin memberikan informasi yang bermanfaat dan segala hal tentang kami di blog ini. Selamat menikmati
Pos ini dipublikasikan di jogja, merapi. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar